Sabtu, 18 Desember 2010

147 Umat Yang Terbaik

(Retno Sigit Pangestu)

Kamu adalah umat yang terbaik (khairu ummah) yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah,” (QS Ali ‘Imran [3]: 110).

Ayat di atas mengungkapkan bahwa umat Islam adalah umat terbaik (khairu ummah) di antara umat yang ada. Sebelum membahas konsep khairu ummah ini, akan dijabarkan pengertian ummah. Quraish Shihab, dalam Wawasan Al-Quran, menyatakan kata “ummah” terambil dari kata “amma-yaummu” yang berarti menuju, mampu, dan meneladani. Dari kata yang sama lahir kata “um” yang berarti ibu dan “imâm” yang berarti pemimpin karena keduanya menjadi teladan, tumpuan pandangan, dan harapan anggota masyarakat.
Seorang pakar bahasa al-Quran yang bernama Ar-Raghib al-Asfahani dalam al-Mufradât fi Gahrîb al-Qur’ân—sebagaimana dinukil Quraish Shibab–mendefinisikan ummah sebagai kelompok manusia yang dihimpun oleh sesuatu seperti agama, waktu, dan tempat yang sama, baik terhimpun secara terpaksa maupun suka rela.

Quraish Shihab menuturkan bahwa “ummah” mengandung arti gerak dinamis, arah, waktu, jalan yang jelas, serta gaya dan cara hidup (way of life). Jika kata “ummah” dan “Islam” digabung, maka ia berarti himpunan manusia yang tidak disatukan oleh tanah air (nasionalisme) atau keturunan (suku), melainkan disatukan oleh keyakinan, yaitu Islam.

Sejatinya, makna umat Islam ini tidak hanya dimaknai sebagai sesuatu yang statis, yakni kesatuan agama saja, tapi juga dinamis. Dalam arti, menjadikan Islam sebagai cara hidup, cara meraih tujuan, dan tujuan hidup. Dari sinilah kemudian intelektual asal Iran Ali Syariati mengistewakan kata “ummah” dari kata “nation” (bangsa) atau qabilah (suku). Ia mendefinisikan “ummah” sebagai “himpunan manusiawi yang seluruh anggo tanya bersama-sama menuju satu arah, bahu-membahu, dan bergerak secara dinamis di bawah kepemimpinan bersama”.

Kembali kepada QS Ali ‘Imran [3]: 110, disebutkan bahwa umat Islam akan menjadi khiru ummah (umat terbaik) dengan dua syarat, yaitu al-amru bi al-ma’rûf wa an-nahyu ‘an al-munkâr (menyuruh kebaikan dan mencegah keburukan) dan tu’minûn billah (beriman kepada Allah).

1 komentar:

  1. Isinya Bagus, dan lebih bagus lagi ditambahkan Contoh-contoh Perbuatan Amar ma'ruf-Nahi munkar.

    BalasHapus