Kamis, 22 September 2011

Modul 5: Mengenal Al-Qur'an (Ma'rifatul Qur'an)

1.1 Al-Qur’an telah Ditinggalkan
Untuk bisa mencapai derajat orang yang bertakwa yang sesungguhnya, maka umat Islam, baik secara individu maupun kelompok dituntut harus senantiasa berinteraksi dengan Al-Qur’an, sebab ia akan selalu menunjukkan kepada jalan yang benar.

Interaksi yang dengan Al-Qur’an adalah salah satu ciri dari orang-orang yang bertakwa, sebagaimana dikatakan oleh sebagian Ulama, bahwa esensi daripada takwa yang sesungguhnya adalah senantiasa berupaya untuk mengamalkan Al-Qur’an.

Namun apabila melihat fenomena yang berkembang di masyarakat, ternyata sebagian masyarakat, bahkan kitapun terkadang melakukannya, Al-Qur’an tidak lagi dijadikan sebagai sahabat dalam kesehariannya. Al-Qur’an tidak lagi dijadikan lagi sebagai teman untuk bercengkrama bersama, Al-Qur’an tidak lagi dijadikan obat kegalauan hatinya, padahal ia adalah sebagai kisah yang menyenangkan, sebagai sya’ir yang indah untuk dinikmati dan sekaligus sebagai acuan dalam hidup dan kehidupan, sebagaimana telah dicontohkan oleh Baginda Rasulullah SAW beserta para sahabatnya.
Realita sebagian masyarakat ini, padahal mereka sebagai Muslim, adalah realita yang sangat menyedihkan dan menghawatirkan untuk masa depan umat ini, sekaligus menunjukkan bahwa mereka telah menjauhkan al-Qur’an dari kehidupannya. AlQur’an hanya dijadikan sebagai pajangan di lemari buku untuk melengkapi buku-buku yang lainnya, atau Al-Qur’an hanya dibuka seminggu sekali setiap malam jum’at, atau bahkan sebagian dari mereka dekat dengan Al-Qur’an hanya ketika ada yang meninggal. Dan masih banyak lagi realita yang lainnya yang menunjukkan bahwa al-Qur’an sudah benar-benar dijauhkan dari kehidupan mereka.

Rasulullah SAW pernah mengadukan keadaan sebagian umatnya yang meninggalkan Al-Qur’an sebagaimana disinyalir dalam firman Allah SWT,
وَقَالَ الرَّسُولُ يَارَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَذَا الْقُرْءَانَ مَهْجُورًا.
Berkatalah Rasul:"Ya Rabbku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan al-Qur'an ini sesuatu yang diacuhkan". (QS. Al-Furqan (25) : 30)

Imam Al-Qurthubi dalam kitab tafsirnya mengatakan, bahwa yang dimaksud dengan kalimat mahjuran dalam ayat tersebut adalah matrukan (ditinggalkan).

Yang termasuk kategori meninggalkan Al-Qur’an sebagaimana ditegaskan dalam tafsir Ibnu Katsir adalah, tidak mau mendengarkan, tidak membacanya, tidak mau mentadaburi dan tidak mengamalkannya. Dengan demikian, maka interaksi dengan al-Qur’an yang sesungguhnya yang harus dilakukan oleh umat Islam adalah diawali dengan semangat untuk selalu mendengarkan ayat-ayat Allah, kemudian diikuti dengan upaya keras untuk meningkatkan interaksi tersebut dengan membaca, mentadaburi kemudian mengamalkannya.

1.2 Turunnya Al-Qur’an (Nuzulul Qur’an)
Allah SWT telah memuliakan umat Islam dengan menurunkan Al-Qur’an yang luar biasa, ia sebagai kitab penutup dari kitab-kitab samawi yang menjadi undang-undang kehidupan, pemecah segala persoalan, sebagai tanda keagungan dan keluhuran umat pilihan (khaira ummah) untuk bisa mengemban tugas risalah samawiyyah yang paling mulia, di mana Allah memuliakannya dengan bekal kitab yang mulia.

Turunnya Al-Qur’an merupakan bukti kesempurnaan ikatan risalah samawiyyah yang dibawa melalui perantaraan Malaikat Jibril a.s yang memantapkannya ke dalam lubuk hati Rasulullah SAW. Dia menyampaikannya sebagai wahyu dari Rabbul A’la, Allah SWT. Hal tersebut ditegaskan dalam firman Allah SWT,
وَإِنَّهُ لَتَنزِيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ. نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ اْلأَمِينُ . عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنذِرِينَ . بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُّبِينٍ .
Dan sesungguhnya Al Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam. Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al Amin (Jibril). Ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan. Dengan bahasa Arab yang jelas.

Al-Qur’an diturunkan melalui dua tahapan, yaitu :
Pertama, al-Qur`an diturunkan dari Lauh Mahfuzh ke Baitul ‘Izzah.
Pertama kali Al-Qur`an diturunkan dari Lauh Mahfuzh ke Baitul ’Izzah dengan sekaligus pada malam Lailatul Qadar, dan ini merupakan pemberitahuan kepada alam tingkat tinggi yang terdiri dari Malaikat akan kemuliaan umat Nabi Muhammad SAW. Terkait turunnya al-Qur’an secara sekaligus, Allah SWT berfirman,
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ.
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil) ..” (QS. Al-Baqarah (2) :185)

Dan firman-Nya,”
إنِآَّ أَنزَلْنَاهُ فيِ لَيْلَةِ الْقَدْرِ.
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Qur'an) pada malam kemuliaan. (QS. 97:1)
إِنَّآ أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُّبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ.
Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. (QS. Ad-Dukhan (44) :3)

Ketiga ayat di atas tidak bertentangan, karena malam yang diberkahi adalah malam lailatul qadar dalam bulan Ramadhan. Tetapi, zhahir ayat-ayat tersebut bertentangan dengan kejadian nyata dalam kehidupan Rasulullah SAW, di mana al-Qur’an turun kepadanya selama 23 tahun.

1.3 Nama-nama Al-Qur’an
Allah SWT menamakan Al-Qur’an dengan beberapa nama, di antaranya :

Qur`an (yang dibaca)
Allah SWT berfirman,
إِنَّ هَذَا الْقُرْءَانَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ..
“Sesungguhnya al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus.”(QS. Al-Israa` (17) : 9)

•Kitab (buku atau yang ditulis)
Allah SWT berfirman
لَقَدْ أَنزَلْنَآ إِلَيْكُمْ كِتَابًا فِيهِ ذِكْرُكُمْ أَفَلاَ تَعْقِلُونَ.
Sesungguhnya telah kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya (QS. Al-Anbiyaa` (21) :10)

•Furqan (pembeda antara yang hak dan yang bathil)
Allah SWT berfirman,
تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا.
Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (yaitu al-Qur'an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. (QS. Al-Furqan (25) :1)

•Dzikru (peringatan)
Allah SWT berfirman,
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ.
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS. Al-Hijr (15) : 9)

•Tanzil (yang diturunkan)
Allah SWT berfirman,
وَإِنَّهُ لَتَنزِيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ.
Dan sesungguhnya al-Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Rabb semesta alam. (QS. Asy-Syu’araa` (26) : 192)
Qur’an dan kitab adalah dua nama yang lebih terkenal dibandingkan dengan nama-nama yang lain. Dalam hal ini, Dr. Muhammad Abdullah Daraz berkata,”Ia dinamakan Qur`an karena dibaca, dan dinamakan Kitab; karena ditulis dengan pena. Kedua nama tersebut menunjukan makna yang semakna dengan kenyataannya.

Penamaan al-Qur’an dengan dua nama di atas memberikan isyarat, bahwa selayaknya ia dipelihara, dalam bentuk tulisan dan hafalan. Dengan demikian, ketika salah satunya ada yang keliru, maka yang lain akan meluruskannya.

Penjagaan ganda tersebut (tulisan dan hafalan) untuk mengikuti langkah-langkah Rasulullah SAW, sehingga al-Qur’an dapat terpelihara dengan kokoh, dan juga untuk membuktikan janji Allah yang menjamin akan terpeliharanya al-Qur’an, sebagaimana dalam firman-Nya,
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ.
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS. Al-Hijr (15) : 9)

Disamping itu, penjagaan ganda ini untuk menjelaskan, bahwa kitab-kitab samawi lainnya diturunkan untuk waktu itu saja, sementara al-Qur’an diturunkan untuk semua waktu dan membetulkan kitab-kitab sebelumnya, sehingga al-Qur’an itu mencakup semua hakikat yang terdapat dalam kitab-kitab terdahulu, dengan tambahan-tambahan yang dikehendaki Allah SWT.

1.4 Meningkatkan Keimanan dengan Al-Qur’an
Dr. Abdullah Nasih ‘Ulwan mengatakan, bahwa untuk salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan adalah dengan cara interaksi yang baik bersama Al-Qur’an (mendengarkan, membaca, mentadaburi dan mengamalkannya).

Al-Qur’an adalah sumber ketenangan hati juga sebagai obat bagi penyakit yang ada di dalamnya. Ketika kita membaca Al-Qur’an, berarti kita sedang mengingat dan berkomunikasi dengan Allah SWT, ketika kita sedang berkomunikasi dengan Allah, maka sudah barang tentu melalui firman-firman-Nya dalam Al-Qur’an yang kita baca sambil ditadabburi, kita akan mendapatkan nilai-nilai akhlakul karimah yang akan menjadikan kualitas amal kita semakin baik.

Dengan kualitas amal yang semakin baik, maka kualitas iman pun akan semakin meningkat; karena dengan ketaatan atau amal shalih lah keimanan ini akan terus meningkat.

Allah SWt berfirman,
الَّذِينَ ءَامَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللهِ أَلاَبِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ.
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah.Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. Ar-Ra’du (13) : 28)

Dalam kehidupan para sahabat, kita dapat melihat betapa mereka memiliki semngat untuk berinteraksi dengan Al-Qur’an, baik mendengarkan, membaca, menghafal, mentadabburi bahkan mengamalkannya. Kita mengetahui dari sejarah kehidupan mereka, bahwa apabila diajarkan kepada mereka sepuluh ayat dari AL-Qur’an, mereka tidak ditambah lagi kecuali setelah mengamalkan sepuluh ayat tersebut. Kita juga tahu, bahwa mereka untuk setiap bulannya tidak kurang dari tiga kali untuk mengkhatamkan Al-Qur’an, dan mereka juga sangat bersemangat untuk membaguskan bacaan Al-Qur’an. Maka Rasulullah SAW sebagai satu-satunya suri tauladan bagi kita yang telah diikuti terlebih dahulu oleh para sahabat, cukuplah bagi kita sebagai acuan utama bagaimana seharuskah kita berinteraksi dengan al-Qur’an dalam rangka meningkatkan keimanan dengan al-Qur’an.

1.5 Keutamaan Al-Qur’an
•Al-Qur’an adalah mukjizat yang abadi
قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الإنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْآنِ لا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا.
Katakanlah:"Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain. (QS. Al-Israa` (17) : 88)

•Bernilai ibadah bagi siapa yang membacanya
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ.
Barangsiapa yang membaca satu huruf dari al-Qur’an, maka ia akan memperoleh satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dilipatgandakan menjadi sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan bahwa Alif Lam Mim itu satu huruf, melainkan Alif satu hufuf, Lam satu huruf, dan Mim satu huruf.”(HR. Tirmidzi dari Ibnu Mas’ud)

•Sebagai penawar (obat) penyakit hati
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ.
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. Yunus (10) :57)

•Kitab yang dipelihara
إِنَّا نَحْنُ نزلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ.
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS. Al-Hijr (15): 9)

•Kitab yang diturunkan untuk seluruh alam
تَبَارَكَ الَّذِي نزلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا.
Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (yaitu al-Qur'an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. (QS. Al-Furqaan (25) : 1)

1.6 Kisah Teladan Seputar Ma’rifatul Qur`an
Dikisahkan, bahwa Abdullah bin Amer r.a dia seorang yang sudah hafal Al-Qur’an, pada suatu ketika ia berkata kepada Rasulullah SAW,”Aku adalah seorang yang sudah hafal Al-Qur’an, maka aku mampu menyelesaikan bacaan Al-Qur’an selama satu malam.” Mendengar hal itu Rasulullah SAW berkata kepadanya,”Aku hawatir, seandainya kamu menyelesaikan bacaan Al-Qur’an dalam satu malam, kamu akan merasa bosan, maka dari itu, cukuplah bagi kamu menyelesaikan bacaan Al-Qur’an itu satu kali dalam sebulan.” Abdullah menjawab,Wahai Rasulullah! Biarkanlah aku menyelesaikan bacaan Al-Qur’an seperti itu (dalam satu malam); karena aku masih kuat dan masih muda. Rasulullah SAW bersabda,”Selesaikanlan olehmu bacaan Al-Qur’an pada setiap sepuluh hari.” Jawab Abdullah,”Biarkanlah aku menyelesaikannya dalam satu malam; karena aku masih kuat dan masih muda, ia tetap dalam pendiriannya.

Dari kisah tersebut, kita bisa melihat betapa Abdullah bin Amer memiliki semangat untuk senantiasa dekat dengan Al-Qur’an, sehingga ia tetap berisi keras untuk menyelesaikan bacaan Al-Qur’an dalam satu malam, meskipun Rasulullah SAW telah memberikan rukhshah untuk menyelesaikan bacaan Al-Qur’an tidak dalam satu malam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar