Sabtu, 24 September 2011

Modul 13: Menjaga Lisan (Hifdzul Lisan)

Sesungguhnya lisan itu bisa menjadi sumber hikmah, akan tetapi bisa juga menjadi sumber petaka bagi pemiliknya dan bagi orang lain, berapa banyak orang yang berubah menjadi lebih baik dikarenakan tutur kata seseorang yang mengandung hikmah dan taushiah, akan tetapi tidak jarang pula terjadinya perselisihan dan pertengkaran gara-gara perkataan lisan yang tidak terpelihara. Oleh karenanya menjaga dan memelihara lisan merupakan sebuah keharusan bagi umat Islam, sehingga setiap kata yang terlontar dari lisannya selalu membawa hikmah dan faidah, ketika lisan itu tidak dikendalikan, maka sangat besar kemungkinan untuk terjadinya fitnah, oleh karenanya Allah SWT berfirman dalam surat al-Israa` ayat 53 yang isinya menyuruh kita untuk senantiasa menggunakan lisan untuk mengatakan yang paling baik.

وَقُل لِّعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنزَغُ بَيْنَهُمْ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلإِنسَانِ عَدُوًّا مُّبِينًا.
Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku:"hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia. (QS. Al-Israa` (17( : 53)

Ketika seseorang hawatir terhadap perkataannya, maka lebih baik baginya untuk berdiam diri, Rasulullah SAW bersabda,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ.
Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, maka hendaklah ia berkata baik, atau kalau tidak bisa berkata baik, maka lebih baik baginya untuk berdiam diri”(HR. Bukhari Muslim)

Dari sesuatu yang paling penting yang dituntut oleh Allah SWT dalam penggunaan lisan ini, hendaknya kita menggunakannya untuk menyeru manusia kepada yang baik, menyuruh mereka kepada yang ma’ruf dan mencegah mereka dari yang munkar. Atau menggunakannya dalam rangka mengishlahkan dua pihak yang bertikai dan saling berwasiat dengan kebaikan dan ketakwaan. Hal ini dapat dilihat dari firman Allah SWT:
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةُُ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلاَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ.
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung.(QS. Ali Imran (3) : 104)

لاَخَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِّن نَجْوَاهُمْ إِلاَّ مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلاَحٍ بَيْنَ النَّاسِ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ ابْتِغَآءَ مَرْضَاتِ اللهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا.
Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian diantara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar. (QS. An-Nisaa` (4) : 114)

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِذَا تَنَاجَيْتُمْ فَلاَتَتَنَاجَوْا بِاْلإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَمَعْصِيَتِ الرَّسُولِ وَتَنَاجَوْا بِالْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ.
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan rahasia, janganlah kamu membicarakan tentang membuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul.Dan bicarakanlah tentang membuat kebajikan dan taqwa.Dan bertaqwalah kepada Allah yang kepada-Nya kamau akan dikembalikan.(QS. Al-Mujadilah (58) : 9)

1.1 Hal-Hal yang Membahayakan Lisan
1.1.1 Membicarakan Sesuatu Yang Tidak Bermanfaat

Di antara ciri khas Muslim sejati adalah meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat termasuk di dalamnya perkataan, seperti : berbohong, ghibah, mengadu domba, berbantah-bantahan dan lain sebagainya. Rasulullah SAW bersabda,
مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ.
Sebaik-baik Islam seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak berguna.(HR. Bukhari Muslim, Abu Daud, Tirmidzi dan yang lainnya)

Umar r.a berkata,”Janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak bermanfaat, jauhilah musuhmu dan hati-hatilah terhadap temanmu kecuali yang dapat dipercaya. Dan tidak ada teman yang dapat dipercaya kecuali yang takut kepada Allah, janganlah berteman dengan orang yang jahat, karena kamu akan terbawa, dan hendaklah meminta nasihat dalam urusanmu dari orang-orang yang takut kepada Allah SWT.

Adapun batasan perkataan yang tidak bermanfaat adalah, perkataan yang apabila kamu tidak mengatakannya, maka kamu tidak akan berdosa, dan tidak akan menimbulkan bahaya, baik sekarang maupun dikemudian hari.

Agar bisa menghindarkan diri dariperkataan yang tidak bermanfaat, hendaknya seseorang senantiasa mengingat, bahwa kematian selalu membuntutinya, dan bahwasannya ia akan mempertanggung-jawabkan setiap apa yang diucapkannya. Sesungguhnya nafas yang ia hembuskan tak ubahnya bagaikan modal bagi dirinya, dan lisan yang dimilikinya adalah sebagai alat untuk meraup pahala melalui parkataan yang baik. Dan apabila disia-siakan, niscaya akan menghantarkannya kepada kerugian yang nyata.

1.1.2 Ucapan-Ucapan yang Berlebihan
Mengatakan sesuatu yang menjadi kepentingan seseorang, maka ia boleh untuk mengatakannya, akan tetapi dengan syarat tidak berlebih-lebihan, melainkan disampaikan dengan perkataan yang sesederhana mungkin, tanpa mengurangi kepentingan yang dimilikinya.

Ibrahim At-Taimi mengatakan,”Apabila seorang Mukmin hendak berbicara, maka seyogyanya ia melihat terlebih dahulu apa yang akan dikatakannya. Apabila bermanfaat dan tidak berlebihan, maka katakanlah. Namun apabila tidak bermanfaat, maka hendaknya ia menahan lisannya”.

Al-Hasan mengatakan,”Barangsiapa yang banyak bicara (berlebih-lebihan) ditakutkan akan banyak bohongnya. Barangsiapa yang banyak hartanya, ditakutkan banyak dosanya, dan barangsiapa yang jelek akhlaknya, berarti ia telah mengadzab dirinya.”
Pernyataan-pernyataan di atas, mengandung makna anjuran untuk selalu berhati-hati dalam menggunakan lisan, sehingga sebelum berbicara selalu dipertimbangkan terlebih dahulu manfaat dan madharatnya.

1.1.3 Larut dalam Kebatilan
Larut dalam kebathilan, maksudnya adalah menggunakan lisan untuk perkataan-perkataan yang maksiat, seperti membicarakan keadaan perempuan, minum-minuman, nyanyian-nyanyian yang berbau syahwat dan lain sebagainya. Semuanya termasuk dalam katagori hal-hal yang diharamkan. Adapun perkataan yang berlebihan dan tidak mengandung kepentingan di dalamnya, meskipun tidak dikategorikan haram, namun sebaiknya tidak dilakukan.

Nabi SAW bersabda,
إِنَّ أَعْظَمَ النَّاسِ خَطَايَا يَوْمَ اْلقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ خَوْضًا فِى البَاطِلِ.
Manusia yang paling besar kesalahannya di hari kiamat adalah mereka yang paling banyak larut dalam kebathilan.(HR. Thabrani, dari Qatadah secara Mursal).

Terhadap makna tersebut, Allah SWT telah mengisyaratkan dalam firman-Nya yang terkait dengan ahli neraka, mereka berkata,
وَكُنَّا نَخُوضُ مَعَ الْخَآئِضِينَ.
Dan adalah kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya, (QS. Al-Muddatssir (74) : 45)

Dan firman-Nya,
وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ ءَايَاتِ اللهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلاَ تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذًا مِّثْلُهُمْ إِنَّ اللهَ جَامِعُ الْمُنَافِقِينَ وَالْكَافِرِينَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيعًا
Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam al-Qur'an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam jahannam, (QS. An-Nisaa` (4) :140)

Salman berkata,”Manusia yang paling banyak dosanya pada hari kiamat adalah, mereka yang paling banyak berbicara dalam kemaksiatan kepada Allah.”

1.1.4 Bertengkar dan Berdebat
Pertengkaran dan perdebatan merupakan sesuatu yang dilarang oleh Rasulullah SAW, beliau bersabda,
لَا تُمَارِ أَخَاكَ وَلَا تُمَازِحْهُ وَلَا تَعِدْهُ مَوْعِدَةً فَتُخْلِفَهُ.
Janganlah kamu mendebat saudaramu, jangalah mempermainkannya, dan janganlah kamu membuat janji dengannya lalu kamu menyalahinya.(HR. Tirmidzi, dari Ibnu Abbas r.a)

Dan sabdanya,
مَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَهُوَ مُحِقٌّ بُنِيَ لَهُ فِي وَسَطِهَا وَمَنْ حَسَّنَ خُلُقَةُ بُنِيَ لَهُ فِي أَعْلَاهَا.
Barangsiapa yang meninggalkan perdebatan, padahal ia dalam keadaan benar, maka kelak akan dibangunkan baginya rumah di surga yang tertinggi, dan barangsiapa yang meninggalkan perdebatan sedangkan ia dalam keadaan salah, maka kelak akan dibangunkan sebuah rumah dipelataran surga.(HR. Ibnu Majah, dari Anas bin Malik r.a)

Adapun factor yang mendorong seseorang untuk melakukan perdebatan, biasanya adalah, mereka diri paling tinggi, dengan memperlihatkan ilmu dan kelebihannya serta menyerang orang lain dengan membongkar kekurangannya, keduanya adalah syahwat bathin yang kuat yang merusak jiwa. Dan untuk menghilangkannya tidak ada cara lain kecuali dengan menghilangkan sifat sombong atau takabbur.

1.1.5 Bermusuh-musuhan
Bermusuh-musuhan merupakan perbuatan yang tercela, dan biasanya berawal dari perdebatan atau pertengkaran.

Sikap bermusuhan, biasanya terlihat dari pembicaraan yang keras untuk mendapatkan keinginan yang dimaksudkan, sikap seperti itu sangat dibenci oleh Allah SWT, sebagaimana dalam firman-Nya
وَمِنَ النَّاسِ مَن يُعْجِبُكَ قَوْلُهُ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللهَ عَلَى مَافِي قَلْبِهِ وَهُوَ أَلَدُّ الْخِصَامِ.
Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras. (QS. Al-Baqarah (2) : 204)

Rasulullah SAW bersabda,
إِنَّ أَبْغَضَ الرِّجَالِ إِلَى اللهِ، الأَلَدُّ الْخَصِمُ.
Sesungguhnya orang yang paling dibenci Allah SWT adalah orang yang memiliki permusuhan yang kuat.(HR. Bukhari)

Ibnu Abbas r.a mengatakan,”Bahwa yang dimaksud dengan kalimat “aladuul khisham” adalah orang yang mendebatmu apabila kamu bicara dan mengkritikmu.”
Agar pembicaraan kita terhindar dari perdebatan yang akan menghantarkan kepada permusuhan, maka hendaknya lisan kita senantias dikendalikan untuk mengatakan kata-kata yang lembut dan baik, sejalan dengan perintah Allah SWT,
وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا.
Serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia.(QS. Al-Baqarah (2) : 83)

1.1.6 Memaksakan Perkataan Kepada Orang Lain
Sikap memaksakan perkataan kepada orang lain adalah sikap yang tidak terpuji; karena setiap orang punya kebebasan untuk menerima atau menolak perkataan seseorang. Rasulullah SAW bersabda,
إِنَّ أَبْغَضَكُمْ إِلَيَّ وَأَبْعَدَكُمْ مِنِّي فِي الْآخِرَةِ مَسَاوِيكُمْ أَخْلَاقًا الثَّرْثَارُونَ الْمُتَفَيْهِقُونَ الْمُتَشَدِّقُونَ.
Sesungguhnya orang yang paling aku benci di antara kalian dan paling jauh tempatnya dariku adalah orang yang memaksakan perkataannya kepada orang lain, berpura-pura mengetahui segala urusan dan berbicara sambil mebuka mulut lebar-lebar.(HR.Ahmad, dari Abu Tsa’labah Al-Khusyani)

Oleh karenanya, setiap orang harus menyadari, bahwa berbicara itu merupakan hak setiap orang, akan tetapi ketika saling memaksakan dalam pembicaraan tersebut, maka hal yang demikian tidak lagi dipandang baik dalam etika berbicara.

1.1.7 Berkata Keji, Kasar, Melaknat dan Memaki
Berkata keji, kotor dan memaki merupakan tindakan yang tidak terpuji dan dimurkai Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda,
ِإيَّاكُمْ وَاْلفَحْشَ وَالتَّفَحُّشَ ، فَإِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُ اْلفَاحِشَ الْمُتَفَحِّشَ.
Jauhilah oleh kalian perbuatan keji dan tindakan keji yang berlebihan; karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berbuat keji .(HR. Hakim, dari Abu Hurairah r.a)

إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيْسَ بِاللَّعَّانِ وَلَا الطَّعَّانِ وَلَا الْفَاحِشِ وَلَا الْبَذِيءِ.
Sesungguhnya seorang Mukmin itu tidak suka melaknat, mencela, berkata keji dan kotor. (HR. Ahmad)

Jabir bin Samurah mengatakan,”Ketika aku duduk dekat Rasulullah di suatu majlis, dan ayahku berada dihadapanku, Rasulullah seraya bersabda,”Sesungguhnya perbuatan keji dan tindakan berlebihan di dalamnya bukan termasuk Islam, dan manusia yang paling baik, adalah mereka yang paling baik akhlaknya.

Al-Ahnaf bin Qais mengatakan,”Maukah aku beritahukan kepada kalian penyakit yang paling membahayakan, yaitu perkataan yang menyakitkan dan akhlak yang buruk.”

1.1.8 Menyanyi dan Bersyair
Bernyanyi dan bersya’ir adalah jenis perkataan yang apabila isinya baik, maka akan menjadi baik, begitu juga sebaliknya, apabila kandungan dari kedunya jelek, maka akan jelek pula. Dengan demikian, nyanyian ataupun sya’ir yang diucapkan oleh seseorang akan mempengaruhi baik dan buruknya ucapan tersebut; karena sya’ir dan nyanyian pada dasarnya adalah ucapan-ucapan.

1.1.9 Bercanda/Bersenda Gurau
Secara asal, bercanda atau bersenda gurau itu merupakan bagian dari perkataan yang tercela, kecuali dengan kadar yang wajar, maka hal itu menjadi tidak terlarang.
Adapun batasan senda gurau yang dikatagorokan tercela dan terlarang adalah sendau gurau yang berlebih-lebihan dan dilakukan secara terus-menerus, dikarenakan sikap seperti itu akan membuat pelakunya menjadi lalai terhadap tugas yang sesungguhnya sebagai hamba Allah SWT. Oleh karena itu, bisa jiga dikatakan, bahwa sendau gurau itu secara asal dibolehkan, kecuali ketika dilakukan secara berlebihan dan terus-menerus.

1.1.10 Memperolok-Olok dan Mengejek
Memperolok-olokan atau mengejek maksudnya adalah, menghina orang lain dengan menyebut-nyebut atau mengisyaratkan kekurangannya sehingga yang mendengar dan melihatnya mentertawakan orang yang disebut atau diisyaratkan itu.

Tindakan tersebut diharamkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya; dikarenakan dapat menjadikan orang-orang yang diperolok-olokan merasa sakit hati, padahal pada hakekatnya, belum tentu orang memperolok-olok itu lebih baik keadaannya daripada orang yang diperolok-oloknya

Allah SAW berfirman,
يَاأّيُّهَا الّذِينَ ءَامَنُوا لاَيَسْخَرْ قَوْمُُ مِّن قَوْمٍ عَسَى أَن يَكُونُوا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلاَنِسَآءُُ مِّن نِّسَآءٍ عَسَى أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan)dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan). (QS. Al-Hujurat (49) :11)

1.1.11 Membeberkan Rahasia Orang Lain
Membeberkan sesuatu yang menjadi rahasia orang lain termasuk tindakan yang dilarang oleh agama; karena di dalamanya mengandung makna menyakiti terhadap sesama, yang mana hal ini sebisanya harus dihindarkan. Sehingga apapun yang kita dengar dari pembicaraan dari sesama kita, setelah selesai pembicaraan tersebut, maka itu semua akan menjadi amanah yang harus kita jaga dan pelihara. Rasulullah SAW bersabda,

إِذَا حَدَّثَ الرَّجُلُ الْحَدِيثَ ثُمَّ الْتَفَتَ فَهِيَ أَمَانَةٌ.
Apabila seseorang berbicara, kemudian setelah selesai pembicaraannya, ia pergi, maka pembicaraannya itu akan menjadi amanah bagi siapa saja yang mendengarnya.(HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dari Jabir bin Abdillah r.a)
Al-Hasan berkata,”Sesungguhnya yang termasuk ke dalam katagori khianat adalah, membeberkan rahasia sesama.”

1.1.12 Janji Dusta
Sesungguhnya lisan itu terkadang lebih cepat untuk mengucapkan janji, padahal sesungguhnya diri orang yang mengucapkan janji tersebut belum siap untuk melaksanakannya, sehingga janji yang diucapkan oleh lisan menjadi janji yang palsu, tanpa ditepati, dan hal tersebut merupakan ciri dari orang munafik.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ.
Dari Abu Hurairah, dari nabi SAW, beliau telah bersabda,”Ciri orang munafik itu ada tiga : Apabila ia bicara, maka ia berdusta, apabila berjanji, ia menyalahi, dan apabila dipercaya, ia berkhianat. (HR. Bukhari Muslim)

Apabila seseorang hendak berjanji, maka ia harus bersungguh-sungguh untuk menepati janji tersebut; karena menepati janji merupakan ciri dari orang-orang yang beriman. Allah SWT berfirman,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا أَوْفُوا بِالْعُقُودِ أُحِلَّتْ لَكُم بَهِيمَةُ اْلأَنْعَامِ إِلاَّ مَايُتْلَى عَلَيْكُمْ غَيْرَ مُحِلِّي الصَّيْدِ وَأَنتُمْ حُرُمٌ إِنَّ اللهَ يَحْكُمُ مَايُرِيدُ.
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimu binatang-binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya. (QS. Al-Maidah (5) :1)

1.1.13 Dusta dalam Berkata dan Bersumpah
Dusta merupakan perbuatan dosa dan aib. Bahkan merupakan temasuk dosa yang pelakunya tidak akan diajak bicara oleh Allah SWT pada hari kiamat dan tidak akan diperhatikan, melainkan mereka akan mendapatkan adzab yang sangat pedih.

Rasulullah SAW bersabda,
Ada tiga golongan orang yang tidak akan diajak bicara dan tidak akan diperhatikan Allah SWT serta tidak akan disucikan, melainkan akan mendapatkan adzab yang pedih, mereka itulah orang yang tua yang berzina, penguasa yang dusta, dan orang miskin yang sombong.(HR. Muslim)

1.1.14 Menggunjing (Ghibah)

Menggunjing merupakan dosa yang sangat menjijikan, karena Allah SWT telah mencelanya, bahka orang yang melakukannya, disamakan dengan pemakan bangkai saudaranya. Allah SWT berfirman,
وَلاَيَغْتَب بَّعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ تَوَّابُُ رَّحِيمُُ.
Janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yaang lain.Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah.Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS.Al-Hujurat (49) :12)

Dan Rasulullah SAW bersabda,
كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ
Setiap Muslim atas Muslim yang lainnya diharamkan, darahnya, hartanya dan kehormatannya.(HR. Muslim, dari Abu Hurairah r.a)

Ghibah (menggunjing) artinya, menyebutkan aib saudaranya, dimana apabila saudaranya itu mengetahui, ia akan marah, baik menyebutkan aib atau kekurangan yang ada pada diri saudaranya atau keluarganya, perbuatannya atau akhlaknya, perkataannya, agamanya atau urusan dunianya, bahkan dalam urusan pakaiannya, tempat tinggal dan kendaraannya.

1.1.15 Mengadu Domba (Namimah)
Mengadu domba termasuk kategori dosa besar, dan pelakunya tidak akan masuk surga. Rasulullah SAW bersabda,
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ نمَاَّمٌ.
Tidak akan masuk surga orang yang mengadu domba.(HR. Muttafaq ‘alaih)
Adapun batasan yang termasuk kedalam katagori mengadu domba adalah, menyampaikan perkataan orang lain kepada seseorang yang dibicarakannya.umpamanya, seseorang mengatakan kepada temannya,”Si fulan telah membicarakanmu seperti ini dan itu.” Tindakan seperti itu termasuk mengadu domba.

1.1.16 Ucapan Orang Yang Berlidah Dua
Yang dimaksud dengan ucapan yang memiliki dua lisan adalah, ketika seseorang mengatakan dua ucapan yang berbeda kepada dua orang yang berbeda. Seperti kepada si A, ia mengatakan merah, akan tetapi kepada si B, ia mengatakan hitam, hal tersebut telah diisyaratkan dalam hadits Nabi SAW,
َتَجِدُونَ شَرَّ النَّاسِ ذَا الْوَجْهَيْنِ الَّذِي يَأْتِي هَؤُلَاءِ بِوَجْهٍ وَيَأْتِي هَؤُلَاءِ بِوَجْهٍ.
Kalian akan mendapatkan sejelek-jelek manusia, yaitu orang yang memiliki dua muka (dua lisan), yang datang kepada suatu kaum dengan satu pembicaraan, kemudian datang kepada kaum yang lain dengan pembicaraan yang berbeda.(HR. Bukhari Muslim, dariAbu Hurairah r.a)

1.1.17 Memuji (Menyanjung)
Memuji atau menyanjung memiliki enam dampak bahaya. Lisan, empat di antaranya bagi yang memuji, dan dua bagi orang yang dipuji.
Adapun bahaya bagi orang yang memuji adalah :
•Terkadang ia memuji dengan berlebihan, sehingga tanpa disadari, kata-kata bohong terlontar dari mulutnya.
•Terkadang ia tanpa disadari berbuat riya; karena dengan memuji seseorang pada hakekatnya, ia telah memperlihatkan kecintaannya.
•Terkadang ia mengucapkan sesuatu yang tidak mungkin dilakukan.
•Terkadang ia telah membuat orang yang dipuji menjadi bahagia, padahal ia seorang yang zhalim dan fasik.

Sedangkan dua bahaya yang akan diderita oleh orang yang dipuji adalah :
•Pujian itu terkadang memunculkan sifat takabbur dan ujub pada diri orang yang dipuji, dan keduanya itu akan mengakibatkan kehancuran bagi dirinya.
•Orang yang dipuji dengan kebaikan terkadang merasa bahagia yang mengakibatkan dirinya menjadi lalai dari kebaikan seakan telah merasa cukup dengan apa yang telah diperbuatnya.

1.1.18 Kisah Teladan Seputar Menjaga Lisan
Pada suatu ketika, sorang raja membunuh pembantunya untuk membeli bagian yang terbaik dari domba, dengan harapan ia akan bisa memberikan jamuan yang terbaik bagi tamu yang diundangnya, kemudian pembantunya pergi ke pasar, dan yang ia beli dari domba yang pesan itu adalah lidahnya. Kemudia ia pun pulang dan dipasaknya lidah domba tersebut.
Setelah selesai dipasak, maka lidah domba tersebut dihidangkan kepada majikannya (sang raja). Maka sang raja pun merasa puas dengan apa yang dibeli oleh pembantunya (lidah domba). Keesokan harinya, sang raja menyuruh kembali pembantunya untuk membeli sesuatu yang terjelek dari domba, kemudian pembantunya pergi ke pasar, dan ia membeli bagian yang sama dari domba, yaitu lidahnya, lalu dibawanya pulang dan dimasaknya.
Setelah selesai dimasak, ia menghidangkan lidah domba tersebut kepada sang raja. Untuk kali ini sang raja merasa dihina oleh pembantunya; karena ternyata yang dibeli oleh pembantunya adalah lidah domba juga. Kemudian sang raja segera memanggil pembantunya dengan penuh rasa marah, setelah pembantu itu berada dihadapannya, sang raja menegurnya seraya berkata, ”Wahai ghulam! Apakah kamu bermaksud untuk mempermainkan aku? Pembantunya menjawab, ”Atas dasar apa Engkau mengambil kesimpulan seperti itu? Jawab sang raja, ”Ketika aku menyuruhmu untuk membeli bagian yang terbaik dari domba, yang kamu beli adalah lidahnya, dan ketika aku menyuruhmu untuk membeli bagian yang terjelek dari domba, ternyata kamu membeli lidahnya pula, bukankah ini artinya bahwa kamu hendak mempermainkan aku?
Pembantunya menjawab, ”Wahai tuanku! Ketahuilah bahwa lidah itu adalah sumbernya hikmah, akan tetapi lidah tersebut merupakan sumber pula untuk sebuah petaka. Apabila manusia menggunakannya dalam kebaikan, maka akan membawanya kepada kebaikan. Akan tetapi ketika digunakan dalam kejelekan, maka petakalah yang akan didapatkan oleh manusia.”
Setelah mendengarkan jawaban pembantunya, sang raja merasa bahwa, ternyata seorang pembantu yang dia anggap rendah kedudukannya memiliki kejernihan hari yang luar biasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar